Menonton TV merupakan "Hak" semua orang. Dan bukan hanya untuk anak-anak saja. mengapa saya berkata demikian? Karena Oke kalo boleh cerita sedikit, akhir-akhir ini saya mempunyai pekerjaan baru saat libur kuliah (baca: pengangguran). Karena pekerjaan baru saya itu, maka saya menonton TV untuk menghilangkan kejenuhan.
Bukannya hilang jenuh saya, malah makin makan hati karena saya menganggap komisi penyiaran sekarang makin berlebihan dalam kebijakan penyiaran tayangan TV. Bagaimana tidak kenyamanan saya terganggu hanya karena Film-Film yang saya tonton banyak adegannya yang hilang sehingga menjadi aneh. Tentu saja ini sangat mengganggu kenyamanan.
Kebijakan penyiaran itu saya bagi menjadi dua, Pertama disamarkan, Kedua dipotong.
Pertama, Adegan-adegan yang disamarkan antara lain biasanya yang memuat orang merokok, belahan dada, atau payudara bagian atas menonjol sehingga di samarkan atau disensor.
Pertanyaannya apakah dengan menyensor rokok bisa membuat anak remaja jaman sekarang berhenti merokok.? Jangan naif. anak-anak merokok bukan karena TV, mereka merokok karena diajak teman, melihat ayahnya, atau kakaknya merokok, atau bahasa ilmiahnya karena lebih ke pengaruh lingkungan daripada tayangan TV orang merokok yang bahkan jumlah tayangannya sangat sedikit.
Lalu ada apa dengan menyensor belahan dada wanita dan payudara bagian atas wanita? jujur saja sudah menjadi rahasia umum para remaja bahwa gambar visual seperti itu sudah dianggap biasa saja dan wajar. Lagipula anak-anak jaman sekarang sudah pintar-pintar bukan dalam urusan internet? Apa yang tidak ada di internet? Justru dengan menyensor adegan rokok dan internet akan menambah rasa penasaran mereka untuk mencoba dan mencari. Sifat alami manusia bukan, semakin dilarang semakin ingin mencoba.
Kedua, Adegan-adegan yang dipotong biasanya yang bermuatan kekerasan dan porno.
Adegan yang dipotong ini bagi saya sangat mengganggu sekali melebihi adegan yang disensor. Bayangkan kalau anda lihat film beladiri seperti IP Man, Film itu isinya kan saling tinju, pukul, tendang dan lain sebagainya. Lah adegan-adegan lantas dipotong, lalu dimana letak keseruan filmnya? Yang kita lihat saat Yip Man mau melancarkan serangan pada musuh lalu adegan dipotong saat musuhnya sudah roboh. sungguh konyol. Bukan hanya Ip man, juga Naruto, Tom and Jerry dan lain sebagainya.
Hal itu dimaksudkan agar anak-anak tidak meniru adegan-adegan tersebut. Tapi saya juga pernah merasakan jadi anak kecil. Saya sudah melihat Naruto dan OnePiece sejak kecil. dan apa saya meniru adegan-adegan seperti di tayangan TV itu? apakah ada yang mati saat naruto menusuk lawannya dengan kunai? apakah anak-anak lantas ingin membunuh saat melihat adegan tembak menembak? tentu tidak bukan. saya rasa anak kecil pun tidak cukup bodoh untuk membedakan mana yang bisa dilakukan dan mana yang tidak. Kecuali Pro Wrestling (smackdown), Semua anak pasti menirunya karena itu bolehlah kalo pro wrestling di banned.^_^
Selain adegan kekerasan, adegan yang dipotong adalah adegan porno dan yah ciuman saja dipotong. Saat tengah malam saya masih asyik melihat film barat. yaitu Twilight. Banyak adegan seks nya dipotong. Adegan ciuman saat pernikahan pun dipotong. apakah mencium saja tidak boleh dilihat oleh anak-anak? bukankah di pernikahan orang kristiani pasti selalu ada ciumannya bukan? selain itu film tersebut disiarkan tengah malam, tentu film ini disiarkan untuk kalangan orang dewasa bukan. Bukan untuk anak-anak. Komisi Penyiaran seakan gelap mata dan memotong adegan yang seharusnya masih layak tonton bagi orang dewasa.
Padahal bukankah di TV siarannya sudah digolongkan dikhususkan untuk siapa:
a. Klasifikasi A : Tayangan untuk Anak, yakni khalayak berusia di bawah 12 tahun;
b. Klasifikasi R : Tayangan untuk Remaja, yakni khalayak berusia 12-18 tahun;
c. Klasifikasi D : Tayangan untuk Dewasa; dan
d. Klasifikasi SU: Tayangan untuk Semua Umur.
TV bukan hanya tontonan bagi anak-anak. Bahkan sejatinya banyak anime jepang dan kartun luar negeri sebenarnya tidak dibuat untuk anak-anak melainkan orang dewasa dan remaja. Naruto, Shinchan, Spongebob secara visual memang menarik bagi anak-anak. Tapi jalan cerita, joke (guyonan), dan pola pikir tokohnya tidak dibuat untuk anak-anak. mereka dibuat untuk remaja hingga orang dewasa. Komisi penyiaran tidak bisa serta merta memukul rata semua tayangan TV harus bersih dari adegan-adegan yang tidak mereka inginkan demi proteksi untuk anak-anak. Tayangan-tayangan itu juga hak orang dewasa.
Kalo bicara soal merusak mental, banyak acara yang sejatinya tidak mendidik dan malah menjerumuskan tapi buktinya masih tetap ada dan dibiarkan. seperti sinetron manusia hewan yang sebenarnya merupakan imitasi dari film luar, acara joget-joget yang aneh, dan reality show yang sarat mistis.
Karena itu hendaknya Komisi Penyiaran bijaksana dalam menentukan kebijakannya. Jangan egois dengan alasan melindungi sesuatu namun mengorbankan nilai esensi dari suatu tayangan dengan memasungnya dengan gunting tajam sensor dan potong adegan.
A / SU = Anak / Semua Umur
BO / A = Bimbingan Orangtua / Anak (batasan usia 4 s/d 7 tahun)
BO = Bimbingan Orangtua (batasan usia 5 s/d 12 tahun)
BO - R/R = Bimbingan Orangtua - Remaja (batasan usia 13 s/d 16 tahun)
D = Dewasa (batasan usia minimal 17 tahun) - See
more at:
http://utakatikfilm.blogspot.com/2011/03/arti-rating-dalam-film.html#sthash.MmVePkNY.dpuf
A / SU = Anak / Semua Umur
BO / A = Bimbingan Orangtua / Anak (batasan usia 4 s/d 7 tahun)
BO = Bimbingan Orangtua (batasan usia 5 s/d 12 tahun)
BO - R/R = Bimbingan Orangtua - Remaja (batasan usia 13 s/d 16 tahun)
D = Dewasa (batasan usia minimal 17 tahun) - See
more at:
http://utakatikfilm.blogspot.com/2011/03/arti-rating-dalam-film.html#sthash.MmVePkNY.dp
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejak anda dengan berkomentar sebagai apresiasi kepada penulis. :)